Beranda · Menu · Menu 1 · Menu 2

SEKILAS SYEKH MUHAMMAD ARSYAD ALBANJARI


Beruntung Borneo dianugerahi seorang tokoh penyebar Islam seperti beliau...
Bertuah Kalimantan diberi ulama sekelas Datu Kalampaian...
Berbangga Masyarakat Banjar dihadiahkan permata bernama Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari...

Sejak beratus tahun yang lalu, di masa kejayaan perkembangan Islam di Nusantara, ratusan kerajaan Islam berkembang dengan pesat di berbagai daerah, identitas sebagai Muslim begitu membanggakan bagi masyarakat di masa itu. Para da’i dan pendakwah Islam sangat mudah diterima di berbagai wilayah, akhlak yang luhur memberi kesan yang baik bahkan sebelum mereka memasuki wilayah dakwah tujuan yang akan mereka singgahi. Mereka dihormati di berbagai kerajaan, kedatangan mereka tidak akan ditentang, sehingga walaupun dakwah mereka tidak disambut, mereka tetap dihormati.

Perkembangan pemeluk agama Islam yang terus berkembang pesat, memunculkan pula berbagai kerajaan yang menjadikan agama Islam sebagai identitas resmi kerajaan, yang dengan sendirinya masyarakatnya pun ikut menjadikan Islam sebagai pedoman dan identitas sehari-hari, sebagaimana agama sebelumnya pun seperti itu juga.

Di berbagai kerajaan di Nusantara, perkembangan Islam begitu diperhatikan, kajian-kajian keislaman yang intensif mendorong munculnya tokoh-tokoh ilmuwan Islam diberbagai kerajaan tersebut. Adalah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari diantara tokoh ilmuwan yang muncul berkat hangatnya semangat kajian keislaman di masa tersebut. Bersama Syekh Abd. Shamad Al-Falimbani, Syekh Abd. Wahab Bugis, dan Syekh Abd. Rahman Al-Mishri, Empat Serangkai ini kembali ke Nusantara setelah mengembara di negeri Hijaz menimba ilmu selama lebih dari 30 tahun, dan kembali ke daerahnya masing-masing mewakafkan dirinya berkhidmat kepada agama, bangsa dan masyarakat. Dan dengan keluasan ilmu yang mereka kuasai mereka mampu membumikan ajaran Islam di wilayah kerajaan masing-masing sehingga ajaran mereka tetap mengakar, bahkan sampai beratus tahun sesudahnya.

Syekh Muhammad Arsyad dilahirkan pada masa Kerajaan Banjar diperintah oleh Sultan Tahmidullah bin Sultan Tahlilullah, tepatnya pada malam Kamis 15 Shafar 1227 H / 19 Maret 1710 M. Ayah beliau bernama Abdullah dan ibu beliau Aminah. Nama kecil beliau adalah Muhammad Ja’far setelah dewasa berubah menjadi Muhammad Arsyad.

Ketika beliau berumur 7 tahun atas kehendak Sultan karena melihat kecerdasannya, Muhammad Arsyad kecil diboyong ke keraton untuk dididik secara lebih intensif lagi, dibawah para guru-guru yang ada di istana. Hal ini berlangsung sampai beliau dewasa dan menikah dengan istri pertama bernama Tuan Bajut.

Menikah ternyata tidak menurunkan semangat beliau dalam menuntut ilmu, bahkan beliau kemudian melanjutkan study beliau ke tempat kelahiran Islam yaitu Negeri Hijaz, Makkah dan Madinah. Tidak untuk waktu sebentar, tetapi beliau baru kembali ke tanah air tercinta setelah lebih dari 30 tahun kemudian, tepatnya pada bulan Ramadhan  1186 H / Desember 1772 M.

Sekembalinya dari pengembaraan menuntut ilmu yang panjang, tibalah masa beliau untuk mengembangkan keilmuan yang beliau miliki, membumikan agama Islam di tanah air sendiri. Atas hadiah kerajaan dibangunlah oleh beliau suatu daerah perkampungan yang akan menjadi pusat dan markas dakwah beliau yang terkenal kemudian dengan nama Dalam Pagar. Bertahun-tahun beliau berdakwah mengembangkan ilmu dan amal, baik dakwah bil hal (akhlak), bil lisan (ucapan), maupun bil kitabah (karya tulis), sehingga semakin memperkuat Islam di Tanah Banjar dan terus berlangsung hingga beliau dipanggil Sang Pencipta pada malam Selasa antara Maghrib dan Isya 6 Syawwal 1227 H / 13 Oktober 1812 M. Beliau meninggalkan karya yang tidak terhingga, berupa keturunan yang ‘Alim dan Solih serta karya tulis yang terus dibaca hingga sekarang.


Karya tulis beliau berupa Mushaf Al-Quran yang dilengkapi dengan catatan qiroat di pinggirnya kabarnya adalah yang pertama di Nusantara dan merupakan sumbangan yang sangat berharga bagi khazanah ummat Islam. Kitab Sabilal Muhtadin lit Tafaqquh fid Dien, karya monumental (masterpiece) dalam ilmu Fiqih, kitab yang sangat terkenal, khususnya di Asia Tenggara. Kitab ini masih menjadi salah satu rujukan masyarakat Islam Melayu sampai sekarang. Yang terus dipelajari di berbagai majlis-majelis keilmuan di berbagai wilayah.

Begitulah orang besar, mereka akan selalu hidup, nama mereka selalu harum, karya mereka akan selalu dibaca, jasa mereka akan selalu dikenang, qubur mereka akan selalu diziahi dan mereka akan selalu di do’akan....



Robbi fan fa’naa bibarkatihim..
Wah dina alhusnaa bihurmaatihim..
Wa amitnaa fii thoriqotihim..
Wa mu’aafaatim minal fitanii....
Allohumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaihi wa ‘ala aalih...

#Cempaka, 02 Agustus 2014 M - 6 Syawwal 1435 H
Follow : @Assakandary

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "SEKILAS SYEKH MUHAMMAD ARSYAD ALBANJARI"

Posting Komentar